Pendidikan Berbasis Keluarga di Tengah Pandemi Covid-19

Di tengah gencarnya kebijakan Merdeka Belajar era Menteri Nadiem Makarim, kita digegerkan dengan wabah virus corona (covid-19). Kebijakan yang dilakukan adalah belajar di rumah. Sekolah dan kampus diliburkan, tetapi proses belajar tetap berjalan melalui kegiatan di rumah. Guru mengajar dari rumahnya masing-masing dan para siswa siswi pun mengerjakannya dari rumah pula.

Pembelajaran di rumah bisa menggunakan model pembelajaran mandiri, pembelajaran online, pembelajaran berbantu ICT, atau bentuk lain.
Awalnya mungkin setiap anak tergagap bagaimana dirinya harus sekolah di rumah. Padahal, rumah biasanya hanya menjadi tempat bersantai, istirahat atau bermain. Dengan orang tua pun biasanya tidak jarang persentuhan untuk urusan lain, bukan hal yang lebih serius. Tetapi yang cukup menghentak juga ketika orang tua tiba-tiba harus menggantikan fungsi guru di sekolah. Walaupun penugasannya berasal dari guru, tetapi dalam totalitas belajarnya, anak hanya dapat dibimbing oleh orang tua.

Dalam situasi yang sangat terpaksa dan mendadak, orang tua dituntut untuk belajar lebih cepat untuk menjadi pihak yang ditanya, mengajari, bahkan membimbing anak. Menjadi “guru” di rumah, ternyata tidak sederhana.

Mungkin banyak orang tua yang baru menyadari betapa beratnya tugas guru. Sebab baru beberapa hari atau minggu saja, tugas itu terasa begitu berat. Mengajari anak Sekolah Dasar saja ternyata membutuhkan wawasan, keterampilan, dan kesabaran teramat tinggi.
Mengajar ternyata bukan hanya persoalan siapa tahu tentang apa, tetapi bagaimana mengajarkannya dengan tenang dan gembira. Anak-anak mungkin lebih dari setengah hasrat belajarnya ada pada kesenangan. Guru yang cerdas saja tidak menjamin ilmunya akan dapat diserap jika pembawaannya menyeramkan. Sebaliknya, guru yang menggembirakan akan menantang anak untuk belajar karena dirinya gembira. Rupanya, selama ini kita menganggap mendidik anak sesederhana yang dibayangkan. Ternyata dalam waktu yang tidak terlalu lama, menjadi pendidik yang menyenangkan bagi anak tidak mudah. Ini artinya, mendidik anak memang tidak semudah yang diduga.

Sementara ini, tidak jarang orang tua yang marah ketika guru melakukan pendidikannya yang sedikit keras. Padahal pada waktu yang sama, orang tua pun belum tentu bisa jika melakukannya sendiri. Dalam waktu singkat ini, di tengah wabah virus Corona, anak-anak yang jumlahnya jutaan sudah bisa membedakan pendekatan pendidikan yang dilakukan di sekolah dengan di rumah. Walaupun nuansanya rumahan, tidak terlalu formal, tanpa seragam dan seremonial, saat ini di rumah orang tua mengkondisikan pendidikan, sebagaimana perintah guru yang disampaikan secara daring. Pada saat itulah anak-anak kemudian membanding-bandingkan, apakah pendidikan sekolah atau rumah yang lebih menyenangkan. Apakah guru di sekolah atau orang tua di rumah yang lebih bisa mengarahkan dan mentransfer ilmunya.

Dengan belajar di rumah, anak akan bisa lebih berkembang atau bahkan sebaliknya, akan merasa bosan dan tertekan. Untuk sementara, belajar di rumah masih tetap berjalan. Anak mau tidak mau akan terus melakukan aktivitas edukasinya di rumah. Ada yang terpaksa, tetapi mungkin ada yang melakukannya dengan penuh kegembiraan.

Tetapi dari situ sebenarnya anak akan belajar banyak hal, bukan hanya tentang pelajaran, tetapi juga tentang kemandirian, karakter, dan lain sebagainya. Jika saja proses pembejalaran di rumah itu cukup menekan sehingga anak merasa terpaksa, maka proses belajar tidak akan banyak menghasilkan banyak hal baik, selain hal-hal yang sifatnya formalistik, hanya menggugurkan kewajiban dari penugasan guru yang harus disetor setiap hari. Tetapi sebaliknya, jika belajar di rumah itu menjadi wahana baru yang justru bagi anak lebih menyenangkan, merasa mendapatkan hal-hal yang selama ini tidak didapatkan di sekolah, maka yang harus dievaluasi adalah sekolahnya. Baik itu metode mengajarnya, guru-gurunya, atau iklim pendidikannya.
Yang jelas, lewat kegiatan belajar yang berbasis rumah ini, pemerintah sendiri sebenarnya dapat hikmah yang sangat besar. Salah satunya adalah dapat mengevaluasi sistem pendidikan yang selama ini berjalan. Belajar di rumah akibat wabah virus Corona, bukan hanya berakibat pada peniadaan Ujian Nasional, tetapi yang lebih penting justru mengambil hikmah dari proses pembelajaran secara komprehensif, yang selama ini tidak pernah tergali. Maka dari itu orang tua pun harus bisa menjadi guru pendidik dirumah saat ini di masa pademi covid 19 ini, maka dari itu orang tua jga wajib mengingatkan kepada anak-anaknya untuk tetap di rumah dan menjaga pola hidup bersih seperti rajin mencuci tangan dan menggunakan masker di saat keluar rumah.
Jadi,,Apakah kita siap mendampingi anak kita di rumah?
Tentu kita siap

Oleh: Liawati S.E.,M.M
Dosen Manajemen

Sumber : rakyatmerdcomekanews.com

Share your love