BESTTANGSEL.COM, PAMULANG-Kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik, karena setiap orang harus menjaga kesehatan mentalnya agar terhindar dari keluhan fisiknya sebagai akibat dari stres. Pada saat orang mengalami stres, depresi dan mengalami gangguan kejiwaan cenderung mengakibatkan imun tubuh mudah diserang sesuatu penyakit. Hal inilah yang perlu kita waspadai dalam menghadapi pandemik Covid-19, agar kita terus dapat melakukan kegiatan sehari-hari kita tanpa ada rasa kecemasan yang dapat mengganggu jiwa mental kita.

Covid-19 ini merupakan suatu pandemik yang menyebabkan kematian secara global paling tinggi di seluruh dunia dan menjadikan suatu permasalahan kesehatan yang sangat penting untuk segera ditangani, tapi satu hal yang lebih penting adalah bahwa covid-19 merupakan suatu infodemi yang artinya bahwa hampir setiap hari kita selalu mendengar, membaca dan melihat tentang berita-berita terkait Covid-19, beritanya adalah berita yang mengancam dan menakutkan. Itu semua membuat sel saraf otak kita menjadi lelah, sehingga memicu stres dan memungkinkan menjadi masalah atau gangguan kejiwaan.

Saat ini pemerintah kembali mengingatkan kepada kita untuk stay at home, working from home, study from home, ada PSBB, ada istilah New Normal dan berbagai perubahan-perubahan yang begitu cepat. Dan saat ini tidak mudah untuk kita beradaptasi dan menyesuaikan secara capat perubahan tersebut.

Banyak sekali pelajar dan mahasiswa mengalami kesulitan belajar dari rumah teruatama dalam kondisi pandemik saat ini. Banyak yang mengalami stres karena tidak mampu mengukti pembelajaran jarak jauh. Belum lagi dengan adanya stigma bahwa seseorang yang terpapar Covid-19 diperlakukan secara khusus sehingga stigma untuk dijauhi sangat begitu jelas. Sehingga Covid-19 ini jelas memberikan suatu stressor pschicososial bagi kita semua. Juga memberikan ketidakpastian, rasa cemas dan rasa takut yang berlebihan bagi kita semua.

Dampak Covid-19 bagi kesehatan jiwa dapat berupa kecemasan, berupa perasaan bahwa keadaan buruk akan terjadi, khawatir yang berlebihan dan mengganggu dalam beraktifitas kita sehari-hari. Kemudian ada gejala depresi, misalnya sulit tidur, rasa kurang percaya diri menjadi menurun, kehilangan minat dan kehilangan kegembiraan.

Kemudian ada trauma psikologis yaitu merasa berjarak dan terpisah dari orang lain karena terbiasa berkumpul dengan orang lain, teman atau sanak keluarga, sekarang harus menjalani peraturan atau protocol kesehatan dan ini menjadi penyebab trauma psikologis, kemudian merasa terus waspada, berhati-hati dan berjaga-jaga. Selalu jaga jarak dengan siapapun, bertemu seseorang menjadi sesuatu hal yang menakutkan, enggan berjabat tangan atau bersentuhan secara langsung atau kontak secara langsung, menjadi ketakutan saat memasuki ruang publik dan lain sebagainya. Inilah potret kondisi psikologis di tengah pandemik Covid-19.

Pandemik Covid-19 adalah stressor psikososial yang dialami setiap orang, hal ini dapat memicu stres, cemas dan depresi. Krisis seperti Covid-19 ini dapat memunculkan berbagai reaksi emosi, response orang terhadap stres bisa berupa reaksi marah, menghindar dan terdiam. Stres dapat menimbulkan sesuatu tidak bisa fokus, mudah marah, tidak bisa duduk tenang, sulit tidur, merasa sedih atau bersalah, khawatir, menangis, merasa sangat lelah, selera makan berubah dan lain-lain.

Stres tidak bisa dianggap sepele karena bisa berdampak pada organ tubuh misalnya pada otak dapat mengakibatkan gangguan jiwa, kecemasan, bipolar, kolesterol, diabetes mellitus, hipertensi, jantung dan stroke. Prinsipnya pada saat mengalami stress adalah kuasai diri dan jadilah tenang, karena pikiran akan mengontrol, fokus pada apa yang bisa kita kontrol.

Jagalah mental kita dengan cara berempati, perlihatkan simpati kita terhadap sesama dan tebarkan kebaikan misalnya memberikan dukungan kepada sesama, kepada tenaga medis dalam hal apapun. Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah membatasi diri dari paparan berita-berita hoaks baik dari media sosial maupun berita lainnya. Lindungi diri kita sendiri dan keluarga kita agar tidak terpapar berita-berita tersebut dengan cara menyaring dan memilah kebenarannya.

Covid-19 dapat menimbulkan berbagai macam dampak negative, lalu bagaimana sikap mental kita? Sikap mental kita sangat menentukan kondisi psikologis kita saat ini, reaktif atau responsif. Sikap mental reaktif merupakan sikap mental yang cepat, agresif, tegang terhadap suatu keadaan, dapat memicu cemas, stres dan panik. Kemudian sikap mental responsif merupakan sikap mental yang tenang, terukur, tidak terburu-buru, memikirkan terlebih dahulu respons yang akan diberikan.

Sikap responsif kita terhadap Covid-19 seharusnya dengan cara menilai situasi dengan cek fakta dari sumber terpercaya, bukan dari sumber berita hoaks yang justru akan memicu stres, cemas, dan panik. Tidak semua berita itu benar, penting dan bermanfaat, saring sebelum sharing berita juga penting dilakukan. Tetap fokus pada berita yang dapat dipercaya dan mengambil tindakan yang sesuai, misalnya mematuhi PSBB, pakai masker, cuci tangan dsb. Sikap mental responsif akan membuat hidup kita lebih nyaman, tenang, menghemat waktu, uang dan tenaga.

Lalu kegiatan postif apa yang dapat kita lakukan di saat pandemik Covid-19 saat ini? Kita bisa mulai dengan melakukan hobi kita misalnya olahraga, berkebun, bermain dengan binatang peliharaan, membaca buku dan lain sebagainya. Kemudian mencoba sesuatu hal yang baru, dimana pada saat pandemik saat ini kita mempunyai banyak luang waktu yang harus dimanfaatkan betul-betul, misalnya yang tadinya tidak hobi memasak lakukan tantangan dengan memasak makanan yang belum pernah dimasak sebelumnya. Membuat sesuatu hal baru lainnya misalnya menjadi youtuber dadakan dengan membuat konten yang kreatif, sehingga kita menjadi tertantang dan melakukan kesibukan positif meskipun dalam kondisi di rumah saja pada saat pandemik Covid-19 saat ini.

Lakukan kegiatan sosial dengan mengikuti webinar atau forum virtual lainnya sehingga kita masih bisa terhubung dengan orang lain di sekitar kita dan tetap produktif di masa pandemik Covid-19 saat ini dan tentunya kesehatan mental kita akan terus terjaga dengan baik dan terhindar dari stres dan depresi. Demikian semoga bermanfaat.

Penulis : Ading Sunarto, S.E., M.M, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang

Sumber : BESTTANGSEL.COM