lppm@unpam.ac.id
(+62) 857-1903-5676
Jl. Witana Harja No. 18b, Pamulang
Dampak wabah virus Corona (Covid-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan, saja tapi juga mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Penerapan Lockdown banyak mengandung Pro dan Kontra dikalangan masyarakat. Banyak yang menilai lockdown dapat menurunkan tingkat penyebaran covid-19, akan tetapi disisi lain banyak juga yang menolak karena dapat menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat umumnya dan sektor industri khususnya.
Beberapa sektor industri yang terkena dampak dari wabah virus corona (Covid-19) ini antara lain Sektor pariwisata, sektor transportasi, sektor otomotif, sektor konstruksi dan infrastruktur dan sektor financial mengalami penurunan yang signifikan.
Pemerintah juga mencoba melakukan berbagai upaya untuk menekan dampak virus Corona terhadap industri. Dibidang Kesehatan, setiap industri harus menjalankan protokol Kesehatan covid-19 (menggunakan masker, mencuci tangan dan physical distancing). Dibidang Fiscal dan insentif pajak, memberikan relaksasi PPh Pasal 21 pekerja, pembebasan PPh Impor untuk 19 sektor tertentu, dan pengurangan PPh Pasal 25. Dibidang Perdagangan Ekspor-Impor, melakukan penyederhanaan larangan terbatas (lartas) ekspor dan impor serta percepatan layanan proses ekspor-impor melalui nasional logistic ecosystem.
Bagaimana respon sektor industri saat ini?. Pertanyaan yang sangat berat untuk dicarikan jawabannya. Namun seharusnya perusahaan-perusahaan di sektor industri diharapkan bisa mencari cara agar tetap bertahan yaitu salah satunya dengan business survival. Didalam business survival ini terdapat 3 hal penting yang harus dijalankan yaitu perlindungan tenaga kerja, optimalisasi arus kas dan menjaga kinerja keuangan.
Perlindungan tenaga kerja sangat penting dan menjadi fokus perusahaan di masa business survival. Tenaga kerja sebagai asset dan modal kerja perusahaan harus selalu diutamakan baik kesehatannya dan juga kesejahteraannya.
Sehubungan dengan Kesehatan, perusahaan harus bisa membuat kebijakan yang selaras dengan pemerintah yaitu penerapan protokol Kesehatan ditempat bekerja. Dari aspek kesejahteraan, perusahaan harus mengambil Langkah-langkah strategis untuk memastikan bahwa kesejahteraan tenaga kerja tetap berkelanjutan. Perusahaan tidak akan selamat jika tenaga kerja nya tidak diperhatikan dan diprioritaskan.
Optimalisasi arus kas juga menjadi fokus di business survival. Dampak pandemi covid-19 sangat mengganggu aktifitas arus kas perusahaan. Menurunnya penjualan dan kewajiban perusahaan tetap harus diselesaikan membuat manajemen harus mencarikan altenatif dalam mengelola arus kas. Kondisi real yang dihadapai adalah kas masuk lebih kecil dari kas keluar. Beberapa alternatif yang bisa dijalankan seperti mengoptimalkan kas yang ada, fokus kepada pencairan piutang usaha, melakukan negosiasi/restrukturisasi hutang-hutang perusahaan yang akan jatuh tempo dan mencari sumber-sumber pendanaan lain agar perusahaan bisa tetap bertahan.
Fokus terakhir di dalam business survival ini adalah menjaga kinerja keuangan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kinerja keuangan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Capaian target-target yang ditetapkan dalam kinerja keuangan contohnya yaitu capaian Pendapatan (revenue), Laba/rugi (Net Income) dan juga EBITDA (Earning Before Interest Tax Depreciation and Amortization).
Tiga indikator diatas harus menjadi fokus perusahaan, namun dimasa pandemi covid-19 ini jelas pendapatan tidak tercapai. Langkah-langkah lain yang bisa diambil manajemen seperti melakukan Cost Leadership. Cost Leadership merupakan strategi menekan biaya dalam menjalankan operasional perusahaan serendah mungkin. Sehingga diharapkan bisa mempertahankan capaian laba/rugi (Net Income) dan EBITDA perusahaan. (***)
Sumber: satubanten.com
Oleh: REZI EKA PUTRA, S.E, Ak, M.Ak, CA (Dosen D3 Akuntansi Universitas Pamulang)