COVID-19, ya begitulah semua orang menyebutnya. Sudah 2,5 bulan warga Indonesia melakukan lockdown dengan slogan #dirumahsaja namun sampai saat ini wabah tersebut belum juga mereda. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019.

Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.

Dan selain melakukan PSSB pemda setempat pun melakukan razia cek point untuk melihat KTP dari para pelintas yang berlalu lalang demi terciptanya PSBB yang kondusif.

Bahkan saat ini pemerintah akan memberlakukan New Normal. Apa sih New Normal tersebut ? Definisi new normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional. Berdasarkan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan dunia usaha dan masyakat pekerja memiliki kontribusi besar dalam memutus mata rantai penularan karena besarnya jumlah populasi pekerja dan besarnya mobilitas, serta interaksi penduduk umumnya disebabkan aktivitas bekerja.

Aspek tersebut meliputi semua Industri dan dunia pendidikan bahkan dengan dunia seni. New normal merujuk Lexico, situs di bawah pantauan Oxford, dijelaskan sebagai keadaan yang sebelumnya tidak biasa atau familiar yang kemudian dijadikan standar, kebiasaan atau ekspektasi.

Contoh kecilnya adalah manusia ‘dipaksa’ untuk beralih bekerja dan belajar melalui internet, atau penggunaan masker serta belanja serba online. Dalam dunia musik pun semua dialihkan dengan virtual contohnya saja dengan menerapkan sistem virtual konser yang beberapa waktu lalu diadakan oleh para musisi Indonesia.

Kurang lebih selama beberapa pekan, tim teknis membuat sistem untuk menyiarkan konser virtual yang berkualitas. Pembuatan sistem tersebut sangat sulit dan menyita banyak tenaga hingga ada proyek yang terpaksa ditunda.

Mereka kemudian coba sistem tersebut dengan menyiarkan pertunjukan yang hanya bisa disaksikan tim internal. Kala itu, semua berjalan dengan baik, termasuk sistem penjualan tiket konser. Dengan bertajuk judul konser “’New Normal, dikala Corona”. Pelatihan semuanya menggunakan aplikasi zoom dan google meet atau bisa menggunakan one minuse delay, yang mana menggunakan video terpisah antara video satu dengan yang lainnya yang kemudian dijadikan satu video. Dalam new normal ini ada beberapa jangka waktu yang diterapkan sebagaima dikutip dari Computer Weekly, ada efek mulai dari jangka pendek, menengah atau medium, dan panjang akibat COVID-19 terhadap penggunaan teknologi. Berikut ini perkiraannya:
1. Jangka Pendek
Dalam jangka pendek, inisiasi work from home (WFH) dan anak belajar dari rumah memberikan tekanan pada orang secara global untuk terbiasa dengan peralatan IT dan koneksi internet. Terbukti juga banyak aplikasi yang mengalami peningkatan jumlah download untuk memudahkan pertemuan seperti Skype atau Zoom. Sebagaimana diprediksi, bencana berkaitan dengan kesulitan ekonomi yang membuat peningkatan cyber crime atau kejahatan siber. Orang yang tidak familiar dengan teknologi pun menjadi sasaran rentan. Meski begitu, teknologi juga membantu dalam memonitor, melacak, mengelola penyebaran virus, serta menganalisis data pergerakan virus SARS-CoV-2. Bahkan ada banyak aplikasi yang diluncurkan untuk memantau kondisi kesehatan.

2. Jangka menengah
Jika sebelumnya ada tekanan dalam menjalankan WFH atau e-learning, kini orang-orang terbiasa melakukannya. Sudah bukan jadi pemandangan aneh di mana orang pergi ke kantor hanya 2-3 kali dalam seminggu dan jumlah jam kerja yang menurun drastis. Begitu juga pemanfaatan teleconferencing menjadi hal yang biasa bagi setiap segmen masyarakat. Melihat dari tanda yang ada, sepertinya kita sudah masuk dalam fase ini.

3. Jangka Panjang
Sadar dengan digitalisasi yang dipercepat dari kondisi new normal, kebutuhan koneksi yang cepat menjadi hal yang didambakan banyak orang. Investasi pada 5G nampaknya akan mengalami peningkatan. Belum lagi interaksi sosial dan shopping yang lebih efisien dengan medsos juga e-commerce membuat teknologi semakin dekat dengan kita. Nah, ini juga berpengaruh dalam sisi teknologi yang dimanfaatkan untuk berbagai industri khususnya kesehatan. Telemedicine semakin berkembang, data penelitian dan pengobatan pun lebih jelas tersimpan, serta munculnya aplikasi-aplikasi yang mendorong untuk gaya hidup sehat. Belum lagi efisien pekerjaan yang dapat dipaksa untuk ditekan, mau tak mau menimbulkan persaingan dalam mencari pekerjaan menjadi lebih sulit. Tapi, tak selamanya berarti buruk, new normal bisa menjadi peluang bagi mereka yang ingin membuka lapangan pekerjaan memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang.

Lebih jauhnya, kita belum tahu pasti ke mana efek pandemi COVID-19 membawa kita. Yang jelas, sudah sangat menunjukkan bahwa teknologi makin berperan di era sekarang.
Semoga dengan adanya sistem New Normal ini bisa menjadi solusi untuk perbaikan kedepannya yang mana banyak diantara masyarakat Indonesia yang pekerjaan tidak semua menggunakan komputerisasi atau digitalisasi contohnya seperti penyanyi café dan trotoar road seperti Saya agar bisa berkarya diluar kembali, hehehe. Mari kita berdoa agar negeri ini menjadi sehat dan kembali pada sediakala.

Oleh : Indra Januar Rukmana, S.E., M.M.
Composer / Arranger Music
Dosen Universitas Pamulang