Parung – Setelah pengumuman sidang itsbat semalam yang menetapkan hari raya Idul Fitri Jatuh Pada Hari Minggu, 24 Mei 2020, berarti hari ini adalah hari terakhir kita berpuasa, sebagai ibu rumah tangga kita sudah pasti telah memikirkan apa hidangan esok hari , menu wajib ketupat opor ayam telah disiapkan walaupun keadaan sedang PSBB Alhamdulillah ternyata semua bahan bisa dibeli melalui online, ketupat opor sudah matang pun ada yang dijual secara online, pandemi ini menjadikan segala sesuatu menjadi praktis dan hemat biaya, kita tidak perlu susah-susah ke pasar, meracik bumbu dan memasaknya. Kita tinggal pilih menu, pesan, transfer sejumlah uang melalui M- Banking, tunggu pesanan disiapkan, dan pesanan akan diantar sesuai dengan waktu kesepakatan pada saamemesan, sangat simple.
Hari ini entah mengapa M-Banking saya tidak berfungsi, Hank dan terus-terusan loading, sementara pesanan sudah menumpuk dan tagihan terus berdatangan, dengan kondisi tersebut memaksa saya untuk keluar rumah sekedar ke ATM untuk melakukan transfer, karena tinggal di desa, satu-satunya ATM tempat saya menyimpan uang berada di pasar…. “Ahhh… Pasar sepi kali yaa?” Pikir saya. Terkait penetapan PSBB kabupaten bogor yang diperpanjang, saya ke pasar menggunakan segala macam atribut protokoler, dari mulai masker full, sarung tangan dan membawa hand sanitizer.
Kurang lebih 30 menit jarak tempuh rumah dengan pasar, “sebentar ajaa… transfer, trus kembali kerumah, daripada besok ketupat opor cancel, lebih berabe”, Pikir saya
Belum sampai pasar, pemandangan 180 derajat dari yang saya bayangkan, untuk mencapai ATM yang di tuju, saya harus sabar menunggu kemacetan terurai, setelah kurang lebih satu jam , akhirnya saya sampai ke parkiran pasar, bukan main orang-orang penuuh, ibu-ibu membawa serta anaknya membeli baju, kaum bapak tak ketinggalan memborong penganan khas lebaran, para penjual ramai menjajakan jualan nya, para petugas parkir sibuk mengatur baris motor dan mobil yang datang, anak penjual plastik berseliweran menjajakan plastik dan menawarkan bantuan angkut barang.
Tak ada bedanya dengan tahun-tahun sebelumnya semua orang sibuk menyambut lebaran, semua sibuk menyiapkan penganan, semua sibuk membelikan baju anak-anaknya, semua tetap merasakan euforia hari kemenangan. Kebijakan PSBB diabaikan, hanya cukup sekedar menghiasi berita di televisi dan koran, pikirnya “Oh… Corona memakan korban”.. “Oh… Karena Covid banyak yang meninggal”… “Oh… Kita tidak boleh pergi ke keramaian”… “Oh… Kita tidak boleh berkerumun dan berdekatan” hanya kata sebatas wacana.
Untuk masyarakat desa tetap saja lebaran harus belanja, keharusan membeli baju baru dan pergi ke pasar mengalahkan segalanya.
“Lebaran, Ya… Ke Pasar, Baju Baru, Kue, Dodol, Ketupat Sayur, Opor” wajib.
Satu hal yang sangat menggelitik, saking berjubel nya pengunjung pasar, para petugas keamanan di buat sibuk mengawasi, dengan lantang seorang satpam pasar bicara menggunakan toa “Bapak-bapak…ibu-ibu toloooooooooong… Masker nya dipakai yang benaaar untuk menutupi hiduung dan mulut, bukan untuk menutupi daguuuu, apalagi di jadikan kaluuung, tolooong yaaa bapak-bapak, ibuu-ibuuuu….juga anaknya diperhatikaaan… Maskernya jangan dijadikan ketapeeeel…. ” , tak sadar saya tersenyum sendiri… Sampai ke parkiran, ternyata saya tak tahan menahan tawa, ternyata juru parkir melakukan hal serupa, “pak… ga denger tadi pak satpam hallo-hallo, itu maskernya dipakai bukan buat nutupin daguuu”… Hahahahaa…. “Gapapa buu, saya engap kalau pakai masker, ga biasa lagian corona cuma di kota saja kok”… Seketika hati saya menjadi ambyaaar. (DS)
Oleh: Denok Sunarsi
Dosen Universitas Pamulang
Sumber : rakyatmerdekanews.com