SiaranIndonesia.com, Yup, siapa bilang negara yang kita cintai ini miskin?Atau sebutan lainnya seperti negara berkembang, negara inferior atau bahkan negara dunia ketiga?Bagi anda yang skeptis mungkin akan bertanya-tanya?kaya darimana?dari Pluto!!(karena kalau dari Hongkong masih agak deket, 2-3 jam juga udah sampai kesana naik pesawat). Dan bagi anda yang berjiwa nasionalis tinggi, mungkin akan berkata “negara kita memang kaya dengan sumber daya alam, budaya, kesenian, nilai-nilai luhur lainnya, dsb, dsb”. Memang pernyataan itu sangatlah tepat, tapi bukan itu yang akan menjadi tema pembahasan kita, akan tetapi yang lainnya jikalau kita mau teliti dan sedikit peduli. Tulisan ini agak sedikit panjang, dikarenakan kita akan membedah satu per satu kekayaan yang kita miliki. Kita akan mencoba merefleksi kembali bahwa memang negara kita Indonesia adalah negara yang KAYA secara ekonomi.
Indonesia masuk menjadi salah satu anggota G20 (The Group Of Twenty) yang konon kabarnya menghimpun sebesar 90% GNP seluruh dunia, 80% total perdagangan dunia dan dua per tiga penduduk dunia (wikipedia bahasa Indonesia). Bayangkan Indonesia masuk kedalam forum tersebut jauh tertinggal negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, Uni Emirat Arab, bahkan Israel. Ini sebuah prestasi yang luwar biyasa, dimana Indonesia bisa dikatakan (baca : dipaksakan) sejajar dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Korea Selatan, RRC, dan lain lain.
Bukti kedua adalah bahwa penduduk dari negara yang kita cintai ini sangatlah suka dan gemar membakar uang mereka sendiri. WHO memperkirakan bahwa 59% pria berusia di atas 10 tahun di Indonesia menjadi perokok harian (www.jakarta.go.id/yankes-jakut). Bayangkan anak-anak atau mungkin adik-adik laki-laki kita, mereka “bingung” untuk menghabiskan uang jajan mereka sehingga mereka membeli rokok dan menjadi perokok untuk menghabiskan uang jajan yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Masih diberitakan dari situs yang sama bahwa diperkirakan konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 milliar batang rokok atau terbesar ke-4 setelah RRC (1.679 milliar batang), AS (480 milliar batang), Jepang (230 milliar batang) dan Rusia (230 miliar batang). Bayangkan lagi coba, RRC, AS, Jepang dan Rusia bukankah mereka adalah negara-negara maju?! Negara kita dapat sejajar dengan negara maju, bukankah itu sebuah indikator bahwa negara kita sudah berubah menjadi negara maju (baca : kaya)?!.
Masih di situs yang sama dikatakan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok di Indonesia mencapai 70% penduduk Indonesia. Sekali lagi coba saudara bayangkan 70% dari 227 juta jiwa (www.republika.co.id/berita/53647 ) 70% x 227.000.000 = 158.900.000 jiwa jumlah perokok di Indonesia. Dan apabila kita kalikan dengan asumsi bahwa harga 1 (satu) batang rokok sebesar Rp 708 (12 batang tiap satu bungkus dengan asumsi harga 1 (satu) bungkus rokok Rp 8.500,00) maka 158.900.000 x Rp 708 = Rp 112.501.200.000 . Rp 112 miliar itupun jika hanya mengkonsumsi 1 (satu) batang rokok saja. Belum kita hitung berapa bungkus ia mengkonsumsi selama sebulan. Ya, mari kita kalkulasikan kembali bahwa betapa kayanya penduduk dari negara yang sangat kita banggakan ini. Jikalau sehari perokok menghabiskan 1 (satu) bungkus rokok, maka sebulan ia dapat menghabiskan 30 bungkus atau anggap saja 15 bungkus perbulannya. 15 x Rp 8500 = Rp 127.500/bulan maka dalam setahun 12 x Rp 127.500 = Rp 1.530.000 (jumlah yang cukup untuk membeli 1 (satu) ekor kambing untuk dikurbankan tiap tahunnya). Itu pun baru hanya 1 (satu) orang saja, maka berapa rupiah-kah yang harus dibakar, ketika kita mendasarkan pada data yang tadi disebutkan bahwa 70% penduduk Indonesia atau 158.900.000 jiwa yang mengkonsumsi rokok. Silahkan anda menghitungnya sendiri (terus terang saya capek menghitungnya). Itu hanya sekedar cuma mengenai rokok. Bahwasannya betapa sangat kayanya negara yang kita hormati ini. Bayangkan dan coba anda renungkan bahwa penduduk Indonesia menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk hal yang dapat membahayakan bagi dirinya sendiri. Itu untuk hal yang bersifat bahaya, apalagi dengan hal-hal yang bersifat baik.
Sedangkan hal ketiga yang dapat membuktikan bahwa negara kita sangatlah kaya adalah betapa banyaknya fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh negara kepada para pejabat-pejabat publik. Contoh kecil dan terhangat adalah adanya fasilitas mobil dinas mewah kepada para menteri yaitu sebuah Toyota Crown Majesta untuk menggantikan Toyota Camry mobil dinas yang lama. Kalau Camry berkisar 600 jutaan, maka Crown Majesta dibanderol seharga 1,8 miliar rupiah. Maka (kembali) kita kalikan Rp 1,8 M x 34 (karena ada 34 menteri di kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2) = Rp 61.200.000.000. Pemerintah menganggarkan dana sebesar 61 miliar hanya untuk mobil para menteri yang itu pun hanya dipakai selama 1 (satu) periode lima tahun lamanya. Belum lagi rumah dinas, dan tunjangan-tunjangan operasional lainnya.
Berbeda dengan negara Jepang dan Belanda bahwa di negara mereka ternyata para pejabat publik di sana tidak mendapatkan fasilitas mobil dinas. Seperti yang diberitakan oleh www.eramuslim.com “Kegilaan para pejabat Indonesia pada mobil dan fasilitas mewah pernah menjadi ironis ketika dalam satu kesempatan, salah satu menteri ekonomi Indonesia berada di Jepang untuk menegosiasi pinjaman kepada pejabat terkait matahari terbit itu. Pejabat ini akan bertemu dengan pejabat Jepang di sebuah gedung departemen keuangan Jepang. Ketika datang, utusan Indonesia ini mengendarai mobil mewah diiringi dengan pengawalan lengkap plus sirine. Namun hal itu ternyata membuatnya risih ketika mengetahui jika pejabat Jepang yang ingin dinegonya ternyata datang dengan naik bus umum. Turun di halte yang agak jauh dari kantornya dan karena itu harus berjalan kaki masuk ke dalam gedung yang dipimpinnya. Beginilah gaya kebanyakan pejabat kita”. Selanjutnya… “Hal yang sama juga pernah terjadi di Belanda yang mana para menteri dan anggota parlemen di salah satu negara kreditor Indonesia ini memang tidak mendapatkan fasilitas mobil dinas. Bahkan anggota parlemen Belanda tidak mendapat gaji. Beda sekali dengan kelakuan para pejabat negara miskin bernama Indonesia ini”.
Sekali lagi coba anda pikirkan, Jepang dan Belanda saja “tidak mampu” untuk menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut. Berbeda sangat jauh dengan negara kita, bahwa betapa sangat kayanya negara kita ini, sehingga pejabat-pejabat publik tersebut disediakan berbagai macam fasilitas. Bahkan salah seorang Bupati di Bekasi menganggarkan Rp 1 miliar hanya untuk pagar rumah dinasnya!!. Walaupun akhirnya dipangkas menjadi “hanya” Rp 300 juta saja (www.tempo.co.id).
Dan terakhir yang amat sangat membuktikan bahwa negara kita sangat kaya akan keadaan ekonominya adalah tidak bisa dipungkirinya lagi di negara ini. Bahwa sebuah harga diri yang seharusnya tak dapat dibeli menjadi amat teramat murah harganya. Dikarenakan kekayaan yang amat sangat dimiliki penduduknya, maka harga diri di negeri ini bisa tergadaikan atau bahkan terjual. Di daerah sentra pelacuran seperti Mangga Besar, Jembatan dua, Kali Jodoh, Bongkaran Tanah Abang sedikit contoh tentang maraknya penjualan harga diri manusia di negeri yang bernama Indonesia ini. Harga yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari permintaannya. Dari mulai 250 ribu, 150 ribu, 100 ribu, bahkan 50 ribu anda akan bisa langsung mendapatkan harga diri seorang manusia, khususnya harga diri kaum perempuan. Belum lagi banyaknya kaum penjilat yang dengan sedikit uang kertas, mereka bisa melakukan apa saja dengan catatan anda mampu membayar hal itu semua. Bahkan akidah pun bisa dijual bebas di negeri ini Itulah kenapa ada sebuah adagium yang mengatakan kemiskinan mendekati kekufuran.
Setelah anda membaca beberapa penjelasan mengenai kekayaan Indonesia di atas?! Apakah anda masih berani mengatakan bahwa negara kita Indonesia adalah negara miskin??.
Wallahu ‘Alam bi showab.
***
*)Penulis: Muhammad Rizal Saragih, S.E., M.M. (Dosen Akuntansi Universitas Pamulang).
Sumber: siaranindonesia.com