lppm@unpam.ac.id
(+62) 857-1903-5676
Jl. Witana Harja No. 18b, Pamulang
Wujud kepedulian kita menghadapi pendemi corona dengan membatasi diri (social distancing) untuk keluar rumah merupakan kegiatan baru yang sudah kita jalani lebih dari tiga minggu terakhir, entah sampai kapan masa social distancing ini akan berakhir,…mudah mudahan kondisi secepatnya membaik ya teman-teman…..
Kebersamaan dengan keluarga yang selama ini jarang dilakukan sekarang menjadi sebuah keharusan untuk dijalani, bagaimana tidak, ditengah mewabahnya covid 19 yang semakin menelan banyak korban yang terjangkit dan meninggal menjadi kengerian tersendiri bagi orang tua, sehingga dengan sangat terpaksa melarang anggota keluarga keluar rumah jika tidak mendesak.
Bagi kita orang dewasa, lebih mudah untuk mematuhi anjuran social distancing ini, namun bagi anak-anak usia sekolah dasar yang terbiasa bebas bermain dan pergi sekolah setiap hari menjadi pertanyaan tersendiri, mengapa tiba-tiba kondisi berubah seperti ini, dan kita sebagai orang tuapun belum bisa memastikan, sampai kapan keadaan ini berlangsung.
Bagi anak usia remaja lebih mudah untuk diberikan pengertian mengenai social distancing, namun keluhan mereka yakni “banyak banget tugas dari sekolah……”, mungkin kalau bisa memilih, mereka lebih baik pergi ke sekolah setiap hari daripada dirumah tidak bebas kemana-mana dan terus menerus mengerjakan tugas yang diberikan gurunya.
Bagi kita orang tua yang setiap hari mengerjakan rutinitas sehari-hari, adanya social distancing tidak menjadi masalah, bahkan menjadikan suasana hati lebih tenang karena rumah selalu ramai dengan anggota keluarga lengkap selama 24 jam, suasana yang jarang terjadi kalau bukan dihari libur.
Apa dampak dari social distancing bagi keluarga?
Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, apalagi bagi orang yang mempunyai sifat extrovert, karena sifat ini memiliki kebutuhan yang lebih tinggi untuk berinterakasi dengan orang lain. Jika kebutuhannya tidak terpenuhi seolah-olah akan memunculkan ancaman tersendiri bagi dirinya.
Misalnya ketika kebutuhan emosional atau mental tidak tepenuhi, maka kesehatan mentalnya akan terganggu. Jika dilihat dari sudut dinamika, semua anggota keluarga yang selama ini jarang berkumpul harus beradaptasi dengan kondisi rumah yang berbeda, belum lagi keinginan anak-anak yang selalu ingin bermain karena merasa gak betah dirumah.
Bagi orang tua keadaan ini menjadi tantangan tersendiri karena harus menjelaskan keadaan sebenarnya yang sedang terjadi ini bukanlah semata-mata libur sekolah, namun keadaan diluar sedang krisis menyangkut kesehatan bersama, dan menjelaskan keadaan tersebut kepada anak tanpa membuat anak-anak menjadi ikut-ikutan cemas.
Bagi sebagaian orang keadaan seperti ini banyak menimbulkan emosi, karena di karantina dirumah menjadikan kelelahan tersendiri, terutama bagi kita yang terbiasa kerja diluar rumah. Pekerjaan dikantor ada akhirnya, ketika jam kerja sudah selesai kita pulang, walaupun ketika di kantor kita masih memantau keadaan dirumah, namun sekarang dengan diberlakukannya work from home (WFH) ? pekerjaan kantor seolah-olah gak ada batasnya, karena berbaur dengan pekerjaan rumah, terutama bagi ibu-ibu dan para istri ya…..memang melelahkan sekali.
Strategi mengontrol emosi ketika social distancing di rumah.
Untuk menyiasati agar kita terhindar dari emosi dan rasa lelah dari kondisi masa karantina sekarang ini, ada baiknya kita mempunyai alarm diri kalau kita sudah mulai lelah yang akan meningkatkan emosi, yakni dengan cara mengalihkan sesaat pekerjaan kita dengan kegiatan lain, misalnya menyalurkan hobi kita dirumah, mengurus tanaman, membantu pekerjaan istri, bermain bersama anak-anak, bermain game yang melibatkan anggota keluarga, merubah suasana kamar, mengerjakan sesuatu dirumah yang selama ini belum pernah kita kerjakan, atau beristirahat, setelah lelah berkurang baru kita lanjutkan lagi kegiatan WFH kita.
Sedangkan strategi yang kita lakukan agar seluruh anggota keluarga menguasai emosinya masing-masing dengan cara:
Pertama, pastikan stok makanan dan cemilan favorit bagi seluruh anggota keluarga selalu tersedia.
Kedua, jika dibutuhkan, pastikan jaringan internet lancar jadi kita bisa nonton tayangan bareng keluarga.
Ketiga, mencoba menulis artikel, menggambar, membuat vlog, dll lalu mempublishnya.
Keempat, mengajak anggota keluarga lain berjemur bersama menikmati sinar matahari pagi.
Kelima, membantu anak mengerjakan tugas yang selama ini jarang kita lakukan
Keenam, berdoa dan beribadah bersama.
Kita semua berharap agar kondisi ini segera membaik, seandainya masih lama pun, banyak keuntungan dari adanya social distancing ini bagi kebersamaan keluarga. Apalagi semakin hari kondisi semakin tidak menentu, dengan diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), semakin membatasi kita untuk tidak memasuki wilayah lain yang sudah menerapkan kebijakan tersebut.
Langkah bijak yang dilakukan oleh pemerintah ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Namun keuntungannya bagi keluarga adalah:
Pertama, mengurangi dampak penyebaran virus yang kemungkinan didapatkan dari luar. Social distancing akan berperan serta dalam mengurangi penyebaran virus tersebut, jadi jangan sekali-kali menyepelekan anjuran pemerintah ini, karena virus corona tidak bisa diremehkan oleh sipapun. Jadi kita harus hati-hati bila berinteraksi diluar rumah, sebisa mungkin menghindari keluar rumah jika keadaan tidak mendesak, misalkan membeli obat-obatan atau membeli bahan makanan.
Kedua, kita lebih banyak meluangkan waktu bersama keluarga, dengan adanya virus covid 19 ini, kita harus mampu mengambil dampak positifnya, kita bisa melakukan kegiatan dirumah dengan melibatkan seluruh anggota keluarga.
Ketiga, social distancing akan menghilangkan kejenuhan kegiatan kita sehari-hari di kantor atau kegiatan yang biasa kita lakukan di luar rumah, tidak ada tekanan untuk mengerjakan tugas, kita bebas mengerjakan tugas kantor sesuai waktu luang kita.
Keempat, social distancing dapat mengembalikan kegemaran atau hobi kita yang sudah lama kita tinggalkan dan mengerjakannya kembali bersama dengan anggota keluarga.
Kelima, social distancing dapat mengembalikan kembali rutinitas kebersamaan dalam ibadah bersama dirumah.
Keenam, social distancing akan membuat kita menjadi lebih mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas, kita dituntut untuk mengerjakan tugas secara mandiri yang selama ini kita sering mendapatkan bantuan dari orang lain.
Jadi itulah dampak dari social distancing bagi kebersamaan keluarga. Kita ambil hikmah positifnya saja dari keadaan seperti ini, karena memang kita tidak bisa mengihindar. Jadi kita dirumah saja …….
Sumber: reportase.tv
Oleh : Amelia Haryanti, S.H, M.H (Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Pamulang)