Berbagi menjadi kata yang cukup menarik untuk direnungkan saat ini. Mengapa demikian? Betapa tidak, kehadiran Covid-19 yang tengah melanda ratusan negara, yang di dalamnya terdapat Indonesia telah yang mengistirahatkan sejumlah sektor.
Sektor transportasi masal sudah mulai dibatasi, sektor perdagangan juga sudah mulai dibatasi, dan apalagi sektor pendidikan telah diprogramkan oleh pemerintah melalui belajar dari rumah. Bahkan tempat-tempat peribadatan yang melibatkan banyak orang telah mulai dibatasi dan ada sebagian yang ditutup. Untuk itu, dalam hal ini pemerintah telah menghimbau untuk beribadah dari rumah.
Mencermati sejumlah keterbatasan yang serba dibatasi ini tentu berimplikasi pada pendapatan masyarakat, sehingga dapat berimplikasi pada menurunnya daya beli. Oleh karenanya setiap anak bangsa yang memiliki kelebihan untuk peka melihat tetangga kanan-kiri agar tidak kelaparan.
Walau pemerintah sudah menggulirkan program kartu prakerja serta bantuan langsung tunai, namun hal ini masih menunggu proses pencairannya, sementara perut tidak bisa dibohongi yang tetap membutuhkan asupan makanan.
Harus diakui memang bahwa filosofi berbagi sejatinya tidak bermakna habis, tetapi bertambah. Memang secara pandangan mata nyata, dua barang yang dibagikan kepada dua orang akan langsung habis, namun apabila dilihat dari sisi mata hati justeru akan mendatangkan nilai tambah dan keberkahan bagi orang yang memberi.
Yakinlah itu bahwa Allah Swt. akan menggantinya melalui jalan yang tidak disangka-sangka datangnya. Tidak adanya yang mustahil bagi Allah Swt. bahwa semuanya mudah dan gambang mengadakan, menggandakan, dan meniadakan oleh Allah Swt.
Namun, apa yang harus dibagi? Inilah pertanyaan penting yang mesti kita jawab sama-sama. Dalam hemat saya, setiap kita memiliki sejumlah kelebihan. Bila seseorang yang memiliki kelebihan harta, maka berbagi hartalah. Bila seseorang memiliki kelebihan ilmu, maka berbagilah dengan ilmu pengetahuannya yang bermanfaat digunakan semasa pandemi ini.
Demikian pula dengan kelebihan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Kiranya dalam konteks saat ini perlu diberi penekanan bahwa berbagi harta kepada orang yang membutuhkanlah yang dibutuhkan saat ini. Terutama bagi masyarakat yang terkena dampak Covid-19 sehingga tidak bisa beraktivitas seperti sedia kala. Sekali lagi, inilah saat ini bangsa Indonesia yang memiliki kelapangan rezeki untuk berbagi terhadap sesama. Ternyata, berbagi terhadap sesama ini telah dilakukan di Universitas Pamulang, Tangerang Selatan Jumat, 10 April 2020.
Melalui pimpinannya, mulai dari Rektor hingga sekretaris program studi turut berbagi sembako kepada petugas kebersihan, satpam, teknisi, dan petugas perparkiran. Senyum mereka di tengah wabah Covid-19 inilah yang mendatangkan keberkahan untuk semua civitas akademika.
Sebagai orang yang beriman menyakini bahwa ini adalah ujian dari Allah Swt. dan setiap orang harus peka memaknainya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya. Berbagi terhadap sesama ini ternyata salah satu cara mendekatkan diri kepada-Nya.
Siapa yang pernah menduga Indonesia, negara yang sama-sama kita cintai ini terkena wabah Covid-19? Cerita Covid-19 dulunya kita saksikan melalui siaran televisi dan berbagai media sosial menjangkiti Kota Wuhan, salah satu kota terbesar yang ada di Cina.
Hari ini Covid-19 telah menembus benteng pertahanan kesehatan negara kita Indonesia. Data per 9 April 2020 menunjukkan bahwa positif Covid-19 mencapai 3.293, meninggal dunia 280, dan dinyatakan sembuh 252.
Sejumlah kebijakan seperti yang diberlakukan di DKI Jakarta menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Bahkan daerah penyangga Ibu Kota ini pun seperti Tangerang, Tangerang Selatan, Bogor, dan Bekasi turut diusulkan menerapkan kebijakan PSBB.
Tentu dengan penerapan PSBB ini banyak kegiatan masyarakat yang dilakukan di rumah. Namun, tidak sedikit pula pekerja harian yang kehilangan pendapatan dengan penerapan PSBB ini. Memang harus diakui bahwa niat mulia dari kebijakan PSBB yang diambil oleh pemerintah daerah terkait adalah ikhtiar pencegahan penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat yang kian meluas. Pasalnya, menurut sejumlah pakar kesehatan bahwa Covid-19 hingga kini belum ditemukan obatnya.
Untuk itu, hanya dengan berdiam di rumah (stay at home), bekerja dari rumah (work from home), bekerja dari rumah (study from home), dan menjaga jarak sosial (social distancing) lah yang dapat memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19. Langkah-langkah semacam inilah yang telah dilakukan oleh Cina di tengah masa-masa gentingnya menghadapi wabah ini.
Mari berbagi. Dengan berbagi kita telah mendukung kebijakan PSBB. Dengan berbagi juga dapat meminimalisir masyarakat luar beraktivitas di luar rumah. Bahkan berbagi itu mendatangkan nilai tambah dan keberkahan.
Sumber: reportase.tv
Oleh : M. Wildan (Dosen Universitas Pamulang)