Penyebaran virus corona atau covid 19 begitu masif membuat para pemimpin dunia harus memutar otak. Tentunya untuk meminimalisir dampak dari virus tersebut terhadap ketahanan nasional Negara mereka masing masing. Segala macam cara dan upaya dilakukan, salah satunya dengan kebijakan lockdown atau menutup diri dari dunia luar, serta membatasi pergerakan warga negaranya yang telah dilakukan oleh beberapa Negara uni eropa.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang terdampak virus corona yang terdeteksi keberadaan pasien positif corona pada awal maret 2020. Berdasarkan data resmi pemerintah melalui kemenkes jumlah pasien positif corona terus terjadi peningkatan hari demi hari, hingga saat ini jumlah kasus yang terkonfirmasi di Indonesia sebanyak 1.677 kasus dan 157 diantaranya meninggal dunia.

Melihat hal tersebut, maka pemerintah Indonesia melalui presiden joko widodo mengumumkan status penyebaran virus corona sebagai bencana nasional dan meminta masyarakat untuk tetap tenang serta mengikuti himbauan pemerintah untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah.

Selain itu, yang terpenting adalah melakukan social distancing atau membatasi interaksi sosial serta menjaga jarak antar individu untuk menghentikan penyebaran penularannya.

Akibatnya, ancaman di depan mata pun sudah dapat diprediksi atau bahkan terlihat saat ini, yaitu krisis ekonomi global, hal ini disebabkan karena sebagian besar Negara telah menetapkan pembatasan ruang gerak baik orang ataupun barang dari dan ke luar negeri. Imbasnya aktivitas ekspor impor pun terhenti dan sudah barang tentu pendapatan devisa Negara pun pasti menurun.

Selain itu, penyebaran virus corona yang begitu masifnya membuat keuangan Negara Negara di dunia termasuk Indonesia mengalami gangguan dan berada dalam kondisi yang memprihatinkan, hal ini dikarenakan sebagian besar keuangan Negara harus dialokasikan untuk menghentikan virus mematikan tersebut.

Belum lagi harga harga bahan pokok yang semakin hari membumbung tinggi yang jelas sangat memberatkan masyarakat. Tak kalah peliknya, banyak masyarakat yang terpaksa kehilangan pekerjaannya sementara akibat dihentikannya operasional tempat mereka mencari nafkah.

Dalam perspektif geostrategi atau ketahanan nasional, daya tahan kita sebagai bangsa tengah diuji dimulai dari ketangguhan masyarakat dalam menyiapkan kondisi kesehatan yang prima untuk bertahan melawan virus corona tersebut, hingga kepada aspek sosial dan ekonomi yang sangat mempengaruhi kehidupan mereka kedepannya.

Perpaduan elemen kekuatan nasional, baik militer maupun non militer memang sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Kepatuhan masyarakat atas himbauan pemerintah menyikapi penyebaran virus corona, serta solidaritas sesama warga Negara untuk saling tolong menolong dan bergotong royong sangat dibutuhkan dalam menghadapi bencana nasional ini.

Namun sayangnya ada saja oknum masyarakat yang mengambil keuntungan pribadi dengan menimbun kebutuhan bahan pangan, serta produk kesehatan seperti masker dan hand sanitizer sehingga terjadi kelangkaan dan kemudian menjualnya dengan harga berkali kali lipat. Kejahatan di dunia maya pun meningkat seperti penyebaran berita bohong atau hoaks terkait virus corona banyak kita temui, sehingga menyebabkan ketakutan dan kepanikan di masyarakat. Tak hanya itu, ada saja para politikus yang mencari panggung di tengah tengah penderitaan rakyat biasa melawan virus corona.

Pada situasi seperti ini dibutuhkan solidaritas seluruh stake holder bangsa ini, untuk bersama sama memberantas penyebaran virus corona sebagai momen kembalinya integrasi nasional untuk memperbaiki kondisi bangsa.

Pemerintah harus berperan sebagai komando dan gardu Terdepan untuk melawan virus corona. Regulasi maksimal yang tepat dan terukur sangat di nantikan oleh bangsa ini dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia dari serangan virus korona.

Sumber: Koran Tangerang Ekspres tanggal 4 April 2020
Oleh: Bima Guntara (Penulis adalah Dosen Tetap Universitas Pamulang)